Jumat, 19 Desember 2008

3 doa 3 cinta, film bagus sepi penonton



Saat diputar perdana pada 18 desember kemarin di bioskop E Plaza, saya membayangkan akan ada antrian panjang penonton untuk menonton film ini. Dugaan saya salah besar, film besutan Nurman Hakim yang menyabet dua penghargaan internasional ini ternyata kurang digemari masyarakat semarang. Secara kualitas film ini sebenarnya boleh diacungi jempol. Dengan setting lingkungan pesantren yang "bukan modern" Nurman Hakim berhasil memvisualisasikan kondisi pesantren yang sebenarnya. Potret pesantren yang kumuh dan santri yang mencoba keluar dari kungkungan aturan berhasil dipotret oleh Nurman Hakim. Termasuk juga kyainya yang gemar menikah juga tak luput dari bidikan sang sutradara. Ada pesan kuat yang ingin disampaikan oleh sang sutradara yang juga jebolan pesantren ini yaitu adalah bahwa pesantren tidak identik dengan faham-faham radikal seperti faham jihad dan terorisme. Disampaikan juga pesan bahwa pesantren adalah tempat manusia-manusia biasa yang juga punya perasaan sama dengan mereka-mereka di dunia barat. Ini pesan yang begitu kuat ingin dimunculkan dalam film yang dibintangi artis kondang dian sastro, nicolas saputra juga butet "si presiden guyonan". Yang heboh adalah Dian sastro bener2 tampil all out dalam film ini, bayangkan saja dian yang selama ini selalu tampil feminin dan terkenal sebagai ikon "wanita baik-baik" berani tampil beda sebagai penyanyi dangdut kampung dengan pakaian yang memperlihatkan paha, bahkan bergoyang erotis layaknya inul. Saya hampir tidak percaya apakah ini benar diperankan oleh dian sastro, karena di film ini dian terlihat montok dan sexy serta goyangannya berani banget. Ada juga adegan hubungan sesama jenis, seorang santriwan senior yang menyukai santriwan yang lebih yunior. Yang menggelikan adalah adegan seorang santri yang merekam pesan terakhir di handycam seolah dia akan melakukan aksi jihad semacam pelaku bom bunuh diri karena kebencian dan kesal sawah bapaknya dibeli dengan harga murah oleh seorang bule kaya yang dianggap seolah mewakili kaum "amerika dan yahudi". Lucunya ketika tahu bahwa yang menanggung biaya pengobatan bapaknya adalah bule tadi, si santri muda yang lugu ini tiba-tiba mengundurkan diri dari calon pelaku jihad. Hehehe ...ini tentu ledekan bagi para pelaku jihad. Di sisi lain film ini bisa dianggap mengolok-olok para penganut faham radikal. Film ini membawa pesan kuat anti kekerasan dan teror yang sedang dikampanyekan oleh dunia internasional. Tak heran kalo film ini kemudian banyak mendapat apresiasi dari kalangan internasional. Tapi secara umum harus diakui bahwa ini film bagus, mampu menyampaikan pesan para penggagasnya namun sayangnya tak mampu menarik minat penonton karena memang bukan film yang menghibur, ini adalah film penuh kritik terhadap fenomena jihad yg dilakoni oleh sebagian kaum muslim. Boleh dikata ini film berat, jangan nonton film ini kalo tujuannya untuk mencari hiburan. Inilah film bagus yang layak ditonton kaum pesantren, para pemerhati sosial dan para cendekiawan muslim serta para politisi. Jangan biarkan film bagus ini sepi penonton.

Tidak ada komentar: